Skip to main content

Hati Nurani Seorang Muallaf


Hati Nurani Seorang MuallafOleh: Dedi Irawan

Pondok Pesantren Darul Mushlihin Yogyakarta. Betapa kumencintaimu, karenamu kupaham dengan ilmu agama juga bisa menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat ilahi. Ketenangan dengan kegiatan keagamaan yang selalu membawa hati nuraniku kepada lillah. Terimakasih atas petunjukmu ya Allah dengan mempertemukanku dengan agama yang penuh rahmat ini. Aku tak tau bagaimana keadaanku sekarang jika aku masih tak mempercayai dengan adanya Tuhan.
***
Hati nurani, adalah yang merasakan akan adanya ia yang selalu mengawasi kita dalam segala hal, baiknya kita maupun sebaliknya. Apa yang kita lakukan dan apa hati ini berkata. Percaya, mungkin saat awal terlahir di dunia ini kita akan selalu mengikuti apa yang kita pelajari dan kita lihat. Namun kenapa kita tak membuka mata lebih dalam bahwa tuhan itu ada. Namaku Keisya Violet, terlahir dikeluarga yang tidak percaya akan adanya tuhan terus membuatku berfikir dan bertanya pada hati nuraniku. “Siapa yang menciptakanku?”.
Pada saat sekolah di SMA N, di sekolah tersebut juga ada pelajaran agama Islam dan setiap non muslim sepertiku bisa keluar kelas ketika pelajaran tersebut berlangsung. Karena rasa penasaranku aku memutuskan untuk mengikuti setiap pelajaran agama islam berlangsung. Ketika itu pernah suatu hari temanku yang bernama Anisa melantunkan beberapa ayat qur’an dengan tartilnya yang indah, begitu terenyuhnya hatiku. Semenjak saat itu aku tertarik dengan Islam. Hati nuraniku nyaman dengan agama ini tapi kenapa selalu ada keraguan saat kuingin mengatakan “Aku ingin masuk Islam”.
Dan pada waktu itu aku selalu memutar rekaman murotal yang kuminta dari Anisa. Sempat Ibu bertanya, “Nyanyian apa itu?”, Aku menjawab “Ini adalah latunan ayat al-Qur’an, kitab orang muslim”. Dan semenjak kuputar murotal itu Ayah dan Ibu sering bertanya tentang “apa itu Islam”. Aku bersyukur mempunyai seorang ayah dan ibu yang tak terlalu beranggapan bahwa “Islam itu teroris. Apalagi agama yang salah”. Ibu dan Ayah belum percaya dengan agama karena mereka belum menemukan apa yang ada pada hati nurani mereka. Mulai saat itu kita bersama mempelajari tentang “Hati nurani seorang muslim”. Sampai suatu hari ketika kita berangkat untuk berlibur menggunakan mobil lalu kita tertimpa musibah yaitu rem yang tak terkendali, dan yang paling membuat kita takut adalah jurang yang ada disamping kita. Waktu itu Ibu Guru pernah berkata bahwa ketika kita tertimpa ketakutan selalu baca surah Al-fatihah, An-Naas dan Al-Falaq. Karena sudah mempelajari kita bersama membaca surah tersebut. Aku sempat bilang ke Ibu dan Ayah “Pakai hati nurani, percaya bahwa tuhan pasti akan memberikan jalanya”. Alangkah terkejutnya diriku ketika tiba-tiba mobil kita bias direm kembali. Itu adalah kekuatan menghadapi sebuah ketakutan. Saat itulah kita percaya bahwa “Tuhan itu ada”.
 “Asyhaduallailahaillallah, wa asyhaduannamuhammadarrasulullah” kata itu terucap manis meski belum fasih. Alhamdulillah adalah kata paling indah atas syukur tak terukur kepada Allah SWT yang telah memberikan cahaya dalam lubuk hati terdalamku dan juga keluargaku. Mungkin ini adalah jalan terbaik. Sebagai muallaf mungkin banyak sekali cobaan yang menimpa keluargaku. Dan yang paling membuatku teringat adalah kejadian tentang saat pertama kali aku sholat di rumah sendiri. Aku belum banyak mengerti tentang tata cara sholat yang baik dan benar. Seperti yang aku baca dalam buku panduan sholat yang mengatakan bahwa ketika orang asing lewat didepan kita maka kita harus menghalanginya. Waktu itu sepupuku bernama Jhon lewat dan aku membiarkanya karena ia bukanlah orang asing menurutku dan ternyata aku salah mengartikan apa yang ada dalam buku tersebut. Untuk itu aku memutuskan untuk tinggal di Pondok Pesantren.
Pertamanya sih Ibuku selalu menjengukku dan menanyakan berbagai hal tentang pesantren. Mungkin sangat sulit bagi muallaf sepertiku untuk mempelajari segala hal yang berhubungan dengan bahasa arab. Apalagi waktu pertama kali aku di Pesantren hanya aku satu-satunya santri yang belum bisa baca Al-qur’an. Aku memulainya dengan belajar iqra’. Aku sangat beruntung karena mendapatkan guru yang sangat mensuportku dan selalu memberi berbagai pengetahuan baru. Pelajaran yang sangat membuat kepalaku serasa berdengung adalah pelajaran kitab. Pelajaran yang sangat membingungkan.
“Salma ayo kamu pasti bisa!” begitu kata semangat yang terlontar oleh mulut sahabat-sahabatku. Oh iya, semenjak di Pesantren aku mempunyai nama baru yaitu Salma, nama yang begitu indah. Aku beruntung disini memiliki beberapa sahabat yang selalu mendukungku. Walaupun terkadang ada santri jail yang selalu meledek dan menanyaiku tentang masa laluku.
“Eh muallaf, sudah berapa babi yang masuk keperutmu?” kata itu benar-benar membuatku selalu ingin memukul mulut kotor itu. Tapi aku selalu ingat bahwa dalam ajaran Islam bersabar adalah hal terbaik dalam menyelesaikan masalah. Dan yang harus aku lakukan disini adalah terus dalam pendirianku.
***
“Eh babi, enyahlah kau dari hadapanku” kata itu selalu membuatku tertunduk.
“Jaga ya mulutmu itu, ada apa kau dengan Salma? Kenapa kau sangat tak suka denganya. Apa masalahmu!” bentak Nadia sahabatku.
“Apa lu! Salah apa aku memusuhi musuh Islam. Orang-orang kayak dia ini yang akan ngerusak Islam. Paling dia cuma pura-pura bertaubat dan jadi mata-mata buat ngancurin pondok ini atau bahkan agama ini!”
“Astaghfirullahaladzim Rika! bisa-bisanya kamu berkata seperti itu. Islam adalah agama penuh rahmat. Islam selalu membuka lebar pintu bagi mereka yang mau bertaubat dan tugas kita adalah membantunya bukan menambah bebanya dan membuatnya beranggapan bahwa Islam itu tidak baik” Bentak Nadia.
“Babi kayak dia itu pantasnya dibakar diapi neraka!”
            Hatiku seperti tertusuk lalu teriris pelan. Kata-kata Rika sangat membuatku mengeluarkan sendu dan tangis. “Apakah aku bisa bertahan?” aku kembali menangis dan terus dalam tangis. Aku tak tau apa ini dan apakah aku harus menyudahi semua ini. Aku tak tau apapun dan semua ini dating bertubi-tubi.
“Salma, are you okay?” Tanya sahabatku Ninda.
            Tanpa menjawab pertanyaan itu aku berpaling lalu berlari keluar dari kerumunan mereka. Sesampainya dikamar aku menutup pintu kamar dan menjatuhkan tubuhku kekasur. Aku masih dalam tangis.
“Ya Allah apakah ini salah satu cobaanmu? Aku percaya padamu ya Allah, aku percaya. Tapi, kenapa harus seperti ini. Perasaan ini, kenapa ya Allah?”
Tok tok tok…
“Salma, ini Nadia sama Ninda. Kamu jangan nangis. Ada kami kok disini, jangan pikirkan kata-kata Rika. Dia emang kayak gitu orangnya, sekarang kamu fokus aja sama tujuanmu disini untuk apa”
Aku masih terdiam. Tangisku tak kunjung berhenti, pikiranku kacau entah kemana. Disini aku hanya ingin lebih tau tentang banyak hal mengenai tuhan. Namun kenapa perihnya seperti ini. Masih dalam tangis.
“Salma, ini Ustadzah nak. Kamu baikkan? Biarkan Ustadzah masuk nduk, mungkin bisa membuatmu lebih lega. Buka nduk…”
Berlahan aku membuka pintu kamarku. Sontan Ustadzah langsung memelukku dilanjutkan dengan Nadia dan Ninda. Air mata Ustadzah. Air mata Nadia dan Ninda terasa hangat dalam pelukan itu.
***
Pagi itu tiba-tiba kyia memanggilku. Kulihat Rika duduk merenung disana.
“Salma, sini duduk. Bapak mau bahas masalah kalian yang kemarin dan Rika sudah menjelaskan semuanya pada saya”
“Menjelaskan tentang apa? Saya nggak papa kok pak” jawabku.
“Sini duduk dulu biar Rika yang ngomong”
Akupun duduk dan mencoba mendengarkan penjelasan Rika.
“Salma, aku minta maaf ya tentang kata-kataku yang kemarin. Sebenarnya aku begitu karena tau bahwa kamu dulunya ateis. Aku ingin cerita sedikit tentang diriku, jadi ayahku adalah ulama terkenal didaerahku, 5 tahun yang lalu ia meninggal karena dibunuh oleh seorang ateis yang berpura-pura masuk agama Islam. Trauma akan kejadian itu tak bisa kuhilangkan dan ketika melihat dirimu, luapan amarah ini masih ingin mengaumkan tentang sebuah kehilngan. Aku selalu berfikir bahwa kamu jahat. Tapi setelah tadi malam Ustadzah bercerita padaku tentang dirimu, aku sadar bahwa manusia memanglah tak luput dengan kesalahan. Dan setiap manusia tidaklah sama. Maafkan aku selama ini Salma” ucap Rika meneteskan airmata.
Aku memeluknya. Kita ada dalam tangis, erat peluk ini membawa hatiku kepada gejolak yang membuatku seperti ada dalam kedamaian cinta.
“Iya nggak papa kok Rik, mungkin itu cara Allah untuk membawa hambanya kedalam jalan yang lurus”
“Terimakasih Salma”
Dan hati nuranniku berkata bahwa ini adalah lika-liku dunia ini. Dan hati nurani ini berkata bahwa ini adalah agama yang selalu membawaku dalam perasaan tenang. Aku percaya jika Allah itu ada dan dialah yang mengatur segalanya. Mungkin aku pernah bertanya, siapa yang menciptakan tuhan? Dan menurutku tuhan adalah ia yang ada dan tiada yang mengadakanya. Terimakasih Allah engkau selalu membawa air mata ini dalam ketenangan rahmatmu.




Comments

  1. JSMH Casino - Mumbai - Jtm Hub
    JSMH Casino: 경상북도 출장마사지 The 안성 출장샵 official website of the JSMH Mumbai Casino. JSMH Casino 경상북도 출장안마 offers a large and varied selection 춘천 출장안마 of slots, table games, live entertainment, and 화성 출장샵 live

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tempelan Kertas Impian di Tembok Lemariku (Cerpen)

Tempelan Kertas Impian di Tembok Lemariku Oleh : Dedi Irawa n Bayang itu terlintas seketika. Aku terus mengingat tentang seseorang yang selalu menyadarkanku akan sebuah kata “lillah”. Karena Allah hati ini selalu bergejolak bahwa ia menginginkan rasa untuk selalu ada. Menginginkannya untuk selalu saling mengingatkan walau dalam sepercik do’a. Ini bukanlah sajak kata untuk kekasih yang selalu orang-orang pikirkan bahwa mereka harus bergandengan tangan, berduaan ataupun semacamnya. Tapi ini sajak kata untuk ia yang selalu ada dalam setiap bait harapan dan impianku. Ia yang membawaku kedalam mimpi dan keinginan untuk meraih dunia dan akherat. Ia yang telah membawaku kedunia ini dan merawatku sepenuh hati. Aku menulis kata itu dalam selembar kertas lalu menempelkanya dipintu lemariku. Sajak kata yang belum bisa kubuktikan dalam kehidupan ini. Hanya kata-kata semu yang terbentuk lewat semilir rindu. Tapi aku percaya akan apa yang aku tulis bahwa Allah pasti akan mengabulkannya dan